Monday 14 April 2014

Pompeii

Cover buku Pompeii


Judul Buku : Pompeii
Penulis : Robert Harris
Penerjemah : Fahmy Yamani
Editor : Siska Yuanita
ISBN : 978-979-22-4944-6
Cetakan kedua, Maret 2010
Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama
Jumlah Halaman : 329 hlm
Harga : Rp. 50.000
Rating : Dewasa

Sepertinya saya harus sepakat dengan kutipan endorstment dari Sunday Times yang tercetak di sampul depan buku ini  "Masterpiece, mengagumkan, dengan kecepatan yang menegangkan dan aksi yang menawan.." karena memang begitulah adanya yang saya pikirkan tentang buku ini. 
Bayangkan perpaduan ilmu sejarah -yang konon diriset sampai Mr. Harris ini harus membaca hingga 2000 buku- ilmu teknik, ilmu geologi dan filsafat yang diceritakan dengan sangat menggugah tanpa sekalipun terasa membosankan, dijalin menjadi satu kemudian dibalut bumbu roman yang membuat cerita terasa semakin menarik tanpa terkesan berlebihan, benar-benar buku yang wajib dibaca oleh para pecinta novel yang berdasarkan sejarah.

Ringkasan cerita :
Buku ini diceritakan mengambil waktu selama 4 hari yaitu 2 hari sebelum letusan dan 2 hari selama letusan atau tepatnya menurut buku ini adalah tanggal 22-25 Agustus tahun 79 M. Sebelumnya, bagi yang belum mengetahui tentang Pompeii (ada lho teman saya yang mengira ini adalah nama makanan *nyengir lebar).
Kota Pompeii (iya ini nama kota) berada di Italia, menurut Wikipedia merupakan salah satu situs warisan Dunia UNESCO yang ditemukan kembali setelah menghilang selama ribuan tahun akibat tertimbun letusan gunung Vesivius. Setelah dilakukan penggalian tersingkaplah pemandangan sebuah kota dengan peradaban yang luar biasa yang menunjukkan kejayaan masa Kekaisaran Romawi.
Keindahan kota Pompeii (sumber : Wikipedia)

Konon katanya (diceritakan juga di buku ini)
akibat tertimbun aliran lava yang panasnya seketika membuat kota ini berikut penduduknya tertimbun sedemikian rupa sehingga bila dilihat sekarang maka akan terlihat kondisi terkahirnya sesaat sebelum tertimbun secara utuh.
Kota Pompeii (sumber : wikipedia)

Diceritakan sebelum terjadinya letusan dahsyat ini kota Pompeii memang pernah juga mengalami kerusakan akibat letusan gunung Vesuvius 18 tahun sebelumnya, namun dengan segera berkat kerja keras, kegigihan dan ambisi (kata lain dari keserakahan) seorang mantan budak bernama Numerius Popidius Ampliatus, kota ini dapat pulih kembali bahkan dibangun dengan lebih modern dari sebelumnya. Pembangunan kembali kota Pompeii pasca bencana tersebut (yang melibatkan praktek korupsi serta penyerobotan properti) membuat Ampliatus menjadi kaya raya bahkan bisa dikatakan merupakan penguasa kota Pompeii itu sendiri.
Kisah di buku ini diawali oleh hilangnya secara misterius Aquarius (pejabat yang bertanggung jawab terhadap bendungan) Aqua Augusta, seorang tua bernama Exomnius, 2 minggu sebelum tanggal 22 Agustus, yang akhirnya mengantarkan seorang Insinyur muda bernama Marcus Atillus untuk menggantikan posisinya sebagai Aquarius muda pengganti. Hal yang memicu ketegangan diantara para pekerja Aqua Augusta yang merasa agak terhina harus diperintah oleh seorang yang masih sangat muda, hal ini terutama dirasakan oleh seorang pekerja bernama Corax yang sepertinya menganggap sang Aquarius sebagai musuh, entah kenapa.
Dalam masa jabatannya yang baru saja menghitung hari, Atillus sang Insinyur muda sudah diuji dengan persoalan yang cukup pelik, Aqua Augusta hampir kering, bila tidak segera menemukan mata air yang baru maka dalam beberapa hari kota Misenium akan kekeringan. Dia berupaya mencari sumber mata air baru bersama beberapa pekerja termasuk Corax Si hatter, Atillus mempraktekkan ilmu dan keterampilannya untuk menemukan mata air baru, namun apa daya, setiap kali dia berhasil menemukan sumber air, secara mengherankan air itu seketika juga mengering saat baru saja mulai digali, hal ini terjadi berulang, namun dia akhirnya menyelesaikan misi ini selain karena sudah terlalu lama, dia akhirnya menyerah, dan terpaksa menerima ejekan dari Corax.
Di sudut kota lain di sebuah villa mewah milik Ampliatus, sedang terjadi prosesi penghukuman terhadap seorang budak -budak tersebut yang bertugas memelihara kolam ikan milik jutawan Ampliatus, dia akan dihukum mati akibat sekolam penuh ikan Mullet -yang harganya sangat mahal- yang menjadi tanggung jawabnya telah mati. Ampliatus akan melemparkan budak tersebut ke dalam kolam untuk dijadikan makanan Belut laut. Hal ini adalah awal pertemuan dan keterlibatan Atillus dalam kehidupan Ampliatus. 
Dikarenakan ibu si budak (yang juga seorang budak tentunya) meminta tolong kepada Corelia putri Ampliatus -yang cantik orangnya juga hatinya cieee...- untuk meminta pertolongan Aquarius guna menjelaskan kepada Ampliatus bahwa kematian ikan-ikan Mullet tersebut bukanlah akibat kesalahannya dan putranya tidak pantas dihukum mati. Di sinilah pertemuan Atillus dengan Corelia, yang menumbuhkan perasaan tertentu dalam diri Atillus dikarenakan kemiripan Corelia dengan mendiang istri yang sangat dicintainya.
Namun terlambat sudah, saat Atillus tiba di villa Ampliatus, si budak sudah tewas. Namun ada satu hal, yang sebenarnya merupakan clue  bahwa ada bahaya yang mengintai, andaikan orang-orang ini lebih peduli pada isyarat alam, entah bagaimana air yang dialirkan ke dalam kolam ikan milik Ampliatus telah terkontaminasi belerang. Belerang itulah yang membuat ikan-ikan Mullet di kolam mati secara mendadak, jelas sudah bahwa si budak telah mati sia-sia.
Singkat cerita, ternyata kota-kota lain yang dialiri Aqua Augusta juga mengalami kekeringan, bahkan di kota Nola air sama sekali berhenti mengalir, yang membuat Atillus berkesimpulan bahwa di suatu tempat di sana telah terjadi kerusakan (kebocoran) saluran air yang membuat aliran Aqua Augusta terhambat, dan dia harus mencari titik kerusakan itu. Berdasarkan informasi seorang pendeta yang baru saja tiba dari Pompeii, Attilus mengetahui bahwa di kota Pompeii sama sekali tidak terjadi krisis air, maka Atillus berkesimpulan dari kota itulah dia harus memulai pencariannya. 
Untuk mendukung misi perbaikan Aqua Augusta ini Atillus meminta bantuan dari Laksamana Romawi bernama Gaius Plinius Secundus atau Pliny, cendekiawan dan ilmuwan yang namanya kini diabadikan sebagai salah satu nama tipe letusan gunung berapi, tipe Plinian/Plinian. Pliny rupanya tertarik pada kecerdasan Atillus dan mendukung misi Attilus dengan meminjamkan kapal untuk berlayar ke Pompeii. Di kota Pompeii akhirnya Atillus berhasil menemukan titik-titik terang misteri hilangnya Exomnius, namun tidak hanya itu dia juga menemukan kecurigaan adanya praktek korupsi yang dilakukan Ampliatus dan yang membuatnya patah hati, Corelia ternyata hendak dinikahkan dengan Popidius mantan majikan Ampliatus sendiri, pernikahan politis demi melanggengkan kekuasaan Ampliatus. Namun, semua upaya Atillus menjadi tidak ada artinya karena ternyata Gunung Vesuvius sedang menghitung detik-detik untuk memuntahkan isi perutnya.
Lantas bagaimanakah nasib Atillus, berhasilkah dia menyelamatkan diri disaat bencana letusan Gunung Vesuvius sudah di depan mata? Apa sebenarnya yang terjadi pada Exomnius, Sang Aquarius yang menghilang? 
Komentar saya tentang buku ini :

  1. Cerita berjalan dengan cepat, detail namun tidak bertele-tele, semua tokoh memiliki karakter dan perannya masing-masing tanpa ada satupun karakter yang sia-sia;
  2. Romantisme Attilus dan Corelia yang diselipkan dalam cerita sama sekali tidak berkesan berlebihan ataupun maksa. Hubungan mereka terasa alami dan beralasan.
  3. Pada awalnya cerita agak sulit dimengerti, namun lambat laun cerita mengalir enak dan mudah dipahami apalagi setelah kita mengenal masing-masing karakter;
  4. Sesuai dengan rating-nya buku ini memang bacaan dewasa. Di dalamnya banyak menggambarkan kebobrokan moral masyarakat Romawi jaman dulu seperti perbudakan, pelacuran dan hubungan sesama jenis antara majikan dan budaknya, banyak diceritakan di sini.
  5. Jujur saya tidak menemukan kekurangan buku ini, buku ini sangat saya rekomendasikan untuk dibaca terutama bagi anda pecinta novel berlatar sejarah. 
Keep reading and love your books!Salam,

 

Bibliofili

No comments:

Post a Comment