Thursday 18 September 2014

Resensi Buku The Casual Vacancy

Cover Buku The Casual Vacancy

Judul Buku : The Casual Vacancy (Perebutan Kursi Kosong)
Penulis : J.K. Rowling
Penerjemah : Esti A. Budihabsari, Andityas Prabantoro dan Rini Nurul Badriah
Penyunting : Tim Editor Qanita
ISBN : 978-602-9225-68-6
Cetakan I, November 2012
Penerbit : Penerbit Qanita
Jumlah Halaman : 596 hal
Harga : Rp. 159. 000
Rating : Dewasa

Gajah mati meninggalkan gading, Harimau mati meninggalkan belang, Barry Fairbrother mati meninggalkan kursi kosong (casual vacancy).
Kematian Barry Fairbrother seorang anggota dewan kota Pagford di usia awal empat puluhan menjadi pukulan telak bagi istrinya Mary, ditinggalkan bersama keempat anak yang manis, Mary menjelma menjadi janda rapuh yang dihujani simpati hampir seisi kota Pagford.
Berbanding terbalik dengan Mary, Kirystal Weedon justru menuai kecaman dan dibenci hampir seluruh warga Pagford, memiliki seorang ibu pecandu yang keluar masuk panti rehabilitasi dan tidak memiliki pekerjaan, tidak berprestasi sedikitpun di sekolah dan cenderung memiliki sikap yang kasar dan kurang beradab membuat Krystal bukanlah anak yang diharapkan orangtua manapun untuk berteman dengan anak mereka, dan tunggu dulu….. ada satu lagi… Krystal berasal dari Fields…. Ya, Fields. Sebuah pemukiman yang menjadi sumber perselisihan dan perang dingin warga Pagford selama puluhan tahun.
Buku ini juga menceritakan
keluarga Price -dengan seorang ayah yang bajingan, ibu yang naïf dan anak-anak yang tertekan- yang mengasingkan diri dan setengah mati menutupi tindakan kriminal yang dilakukan oleh sang ayah, ada pula keluarga Wall -sepasang suami istri yang culun tapi saling menyayangi dengan anak mereka yang sedang mencari jatidiri- yang berusaha untuk terlihat normal dalam ketidaksempurnaan mereka, keluarga Mollison dan Jawanda yang terlihat sempurna namun juga menyimpan masalah dan aib mereka sendiri, dan tidak ketinggalan pasangan anak dan ibu Bowden yang hidupnya berantakan sejak tinggal di Padford demi obsesi sang ibu mengejar cinta kekasihnya yang malah jatuh cinta pada wanita lain.
Selepas kematian Fairbrother, digulirkanlah pemilihan anggota pengganti yang diminati beberapa nama, namun Hantu Barry Fairbrother melakukan sabotase dengan menyebarkan aib masing-masing kandidat lewat situs Dewan Kota Pagford, dan sebelum semua orang menyadari siapa sesungguhnya dibalik semua kekacauan ini, Hantu Barry Fairbrother mulai menyebarkan aib anggota dewan yang lain.
Komentar saya :
  1. JK. Rowling sudah tidak diragukan sangat pandai meramu kata, meskipun saya belum membaca novel ini dalam versi aslinya, tapi membaca terjemahannya saja sudah oke kok,  tanpa cara bertutur Rowling yang menyihir, jalan cerita novel ini mungkin akan membuat saya bosan,tapi  melalui kepandaiannya menjalin cerita, kisah drama yang brerakhir tragis ini tetap memiliki selera humor yang unik.
  2. Tidak seperti serial Hary Potter, novel ini adalah satu dari sekian novel yang membuat saya tidak merasa “wajib” untuk bersimpati  kepada salah satu tokoh. Semua tokoh mendapatkan porsi penceritaan yang hampir sama dan memiliki karakter manusiawi pada diri mereka.
  3. Sejak awal saya memang mencoba netral dan mencoba menghilangkan “bayang-bayang” Harry Potter saat mulai membaca cerita ini, namun saya menemukan clue dalam karakter Tessa Wall, karena saya tahu Miss Rowling amat menyukai coklat, seperti saya ;-)
  4. Ada beberapa hal yang membuat saya gemas karena banyak keputusan yang diambil oleh para tokoh yang terkesan naif, ceroboh dan bodoh, tapi saya sadar, oke, ini adalah novel, harus ada konflik yang terjadi bukan?!
  5. Secara  keseluruhan saya menyukai buku ini, meskipun terus terang jika bukan karena nama besarnya penulisnya, saya mungkin tidak akan membelinya ;-)


Keep reading and love your books!
Salam, 

  
Bibliofili



No comments:

Post a Comment